Milenial Lulusan Universitas di Amerika Serikat Ini Memilih Jadi Peternak Sapi


Sariagri - Beternak bukan lagi pekerjaan yang identik dengan orang tua, saat ini beternak mulai dilirik oleh generasi muda (milenial). Selain itu dunia pertanakan juga memerlukan inovasi yang perlu didorong oleh generasi milenial.

Tatak, pemuda asal Tuban, Jawa Timur merupakan salah satu milenial yang terjun dalam dunia peternakan sapi. Berangkat dari keresahan para peternak, dia pun berkeinginan membawa inovasi digital ke dalam peternakan sapi potong.

“Kerap kali peternak itu merasa dirugikan ketika ingin menjual sapinya atau masa panen, walaupun background saya bukan peternakan, background saya akutansi dan bisnis tapi saya mempunyai gagasan bahwasannya saya ingin membawa inovasi digital ke bidang sapi potong ini,” kata  seperti dikutip Sariagri pada kanal Youtube Pecah Telur, Selasa (17/8).

Pemuda lulusan Oregon State University, Amerika Serikat ini mempunyai mimpi untuk memiliki bank ternak, di mana dapat mengakomodir masyarakat untuk menjadi peternak. Melalui kandangnya yang dibangun di atas lahan seluas 2.500 meter, dia merintisnya untuk dijadikan sebagai laboratorium.

“Jadi di sini memang untuk penelitian, jadi kalau mau ada riset monggo saya senang sekali. Ini kan baru tujuh bulan saya bangun kandang ini, setelah ini fokus saya memperbesar kandang kemudian saya isi dengan (sapi) betina, jantan untuk penggemukan,” jelasnya.

Menurut Tatak keuntungan dari bisnis ternak sapi tidak terlalu besar, namun resiko yang diterima tidak terlalu besar atau disebut dengan normal risk. Dia menyebutkan, keuntungan bersih yang didapatkannya dari satu ekor sapi setiap bulannya mencapai Rp500 ribu sampai Rp2 juta rupiah.

“Kita beli sapi Rp18 juta, terus kita biaya perawatan per hari katakanlah Rp20 ribu sudah termasuk pegawai, terus bobot sapi setiap hari naik satu kilo kalau harga pasaran satu kilo Rp45 ribu dikurangi Rp20 ribu dan operasional ditambah Rp5 ribu artinya perhari untung 15 ribu. Lalu dikali 30 hari Rp450 ribu, itu nanti akan naik lagi ketika pertumbuhan sapi jauh lebih bagus, itu itungan minimalnya seperti itu,” terangnya.

Tatak mengungkapkan bahwa sektor peternakan tidak bisa dipandang sebelah mata, dia mengibaratkan bahwa memiliki peternakan sapi seperti memiliki sebuah showroom. Menurutnya, beternak selain mempunyai ilmu bisnis juga memerlukan ilmu sosial yang baik pula.

“Jangan memandang peternak itu orang yang kuno, berpendidikan rendah, beternak selain memiliki ilmu bisnis yang bagus juga ilmu sosial dan alam yang bagus. Ini bukan benda mati jadi selalu tumbuh kita menyebutnya growing asset,” ungkapnya.

Lebih lanjut Tatak menambahkan bahwa ke depan di peternakannya tersebut juga akan dibangun agrowisata sebagai sarana edukasi kepada masyarakat. Dikatakannya, saat ini sudah saatnya para milenial untuk terjun ke bidang peternakan dan menunjukkan berbagai inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan peternak.

“Kini sudah saatnya kita menunjukkan dan memaparkan berbagai inovasi untuk meningkatkan pertama produktivitas sapi dan kesejahteraan peternak,” pungkasnya.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama